Melihat cangkir ini membuat ingatan berlali menuju berpuluh-puluh
cangkir yang bibirnya telah kita kecup dan isinya kita teguk, membuatku mabuk.
Kenangannya menggairahkan. Kemesraan di sela-sela tegukan kopi yang manis dalam
tawa renyah dan cerita-cerita konyol. Barangkali dalam keremangan malam kita
saling mengecup di tengah kesibukan kita mengecupi bibir cangkir kopi.
Sama-sama terasa manis, tapi ketika kita saling mengecup tak ada kegetiran sama
sekali, seperti pahit rasa asli kopi.
Berlama-lama dengan cangkir kopi pada sebuah malam yang
dingin tak pernah jadi masalah. Itu yang kukenangkan. Hingga kita sampai pada
malam seperti ini, masing-masing menikmati detak waktu dalam suasana
menyedihkan. Baiklah, aku bisa menerima keputusan ini.