Fiksi

Minggu, 31 Mei 2009

Di balik ini,
Tak ada yang menetes, tak ada rintih.
Tapi coba lihat halaman ini!
Muram.
Gelap.
Bulan surut, hanya nikmati cahayanya sendiri.
Tidakkah terasa?
Hawa huruf-huruf ini adalah titik-titik duka Sang Kerdil!
Tidakkah?

Memang yang tergores ini diam,
Hanya ungkap-ungkap beku,
Uraian tak ada nyawa.

Namun,
Ketakberdayaan itulah sesungguhnya.
Karena pedih dalam-dalam itu hanya terbaca dalam diam, dan
Resah itu beku.

Dan aku adalah pecundang bodoh!
Pecundang resah untuk berlari…

12 Maret ‘09

Jumat, 01 Mei 2009

owww......

aku selalu lihat matahari..
tapi, aku sering tak ada daya untuk ketuk pintunya lalu bertemu dengan pemilik sinar penuh sengat itu....

BODOH!!!

Kuman memang hanya menanti pemilik pintu itu terbuka hatinya untuk lihat barang sekedip ke luar singgasana agungnya....

BODOH!!!

Kuman hanya bisa seprti itu.
Hanya berani digelayuti harapan-harapan berbau omong kosong melompong, tak berguna!!!