Fiksi

Kamis, 29 Desember 2011

Keluarga Baru yang Tak Direncana

        Umur boleh kelahiran 1990, yang pada Oktober 2011 lalu aku resmi 21 tahun. Eh, setahun terakhir, ortu sedang lengket-lengketnya dalam berhubungan. Dan kabar mengejutkan itu kudengar. Mama hamil anak yang ketiga. Itu berarti aku akan dapat satu lagi saingan. Yah, pasrah saja, bersyukur saja. Pemberian Tuhan Yang Mahakuasa.
         Lahirlah sesosok bayi perempuan, imut, lucu, gendut, rosa, lagi menawan. Seperti melihat cermin kala aku bayi dulu ketika memandangnya--padahal aku tak pernah tahu wajah kecilku seperti apa. Mama melahirkan adik kecil itu pada 12 September 2011 di RSU Kartini Jepara pukul 12 siang, ketika aku masih dalam masa 'pembuangan' di Batang sebagai pejuang PPL, misi pemberantasan kebodohan jilid I (jilid II di Brebes, KKN). Iya, hanya dia, si bayi lucu itu, yang membuatku rela mendadak pulang dari Batang ke Jepara. Kabar kelahirannya kuterima ketika jeda istirahat di sekolah praktikan. Sontak aku bahagia sekali dan bersyukur--meski sebelumnya aku cemburu--dan langsung memutuskan untuk segera pulang siang itu juga.
         Kukabarkan hal tersebut kepada rekan-rekan seperjuangan di sekolah itu, dan mereka mendukungku untuk segera pulang. Dan Tuhan rupanya memang memudahkan jalan hamba-Nya kalau si hamba punya niat mulia. Perjalanan pulang waktu itu sangat lancar, kurang lebih 3 jam perjalanan, tepat seperti perkiraan. Padahal biasanya bisa sampai molor berjam-jam. yah, sekali lagi Tuhan memang Mahakuasa.
Sampai rumah. Senja sudah petang sekali. Bersih diri langsung berangkat. Dan sesampainya di sana, aku dilarang keras untuk pulang. Aku harus ikut menginap si antara beberapa pasien ibu bersalin. Wew! Yah, sensasinya luar biasa.
Ini dia penampakan si adik kecil sesaat setelah dilahirkan dari gua garba sang mama.










Merah benar dirimu, Nak




Dan ini, foto si adik yang kuambil ketika berusia 2 hari.

Pose imut kala bobok

Mulai terbangun karena kuganggu

Foto sama kakak ya, Dik

Wah, mulai keluar aslinya. Kabuuurrr...

      Esoknya, tugas pertamaku sebagai bukti penerimaannku terhadap kehadiran seorang adik kandung adalah mencuci pakaian (baju, celana, termasuk popok) yang sarat akan kotoran bayi yang khas, baik aroma maupun warnanya. Lumayan, belum terasa bau khasnya seperti manusia dewasa, hanya saja warna hitamnya lumayan bikin mata pengen merem saja.
       Cucian beres, jemur deh. Menjemur pakaian bayi adik kandung di antara banyak jemuran bayi lain yang bukan milik adik kandung. Harus melalui tembok setinggi pinggang untuk menggapai tempat jemuran. Dan itu pengalaman yang cukup indah.
     Dan kini, si dia sudah berumur 3 bulan lebih 3 minggu, atau gampangnya 4 bulan jalan. Si kecil yang memang masih kecil, si lucu yang makin lucu, dan si cantik yang makin centil saja. Sudah bisa meleter sekenanya. Kuamati, dia sudah mulai belajar menmbunyikan vokal nasal /ng/ dan vokal rangkap /ngg/. Pencapaian yang menakjubkan. Dia juga tengah belajar menggenggam. Kemajuan yang lain, atas keperkasaan yang telah menjadi bakat lahirnya, yakni kekuatan ato ke-rosa-annya, kini sepasang kaki mungilnya sering menendang-nendang seperti ingin berjalan. Duh, apa benar hipotesis ini? Sepertinya masih ngawur. hehe. Yah yang jelas, apa pun itu, kami sekeluarga tetap merawatnya dengan sepenuh hati demi amazing growth si adik kecil yang akan sering dipanggil mbak itu. Dan pengetahuan Psikolinguistik yang telah kudapatkan di perkuliahan, bisakah kugunakan secara maksimal? Kalau sanggup dan tak lupa. hehe.
Alhamdulillah, kehadiran si Putrian Ragil Pamungkas di tengah-tengah keluarga kami semakin memperkuat hubungan anggota keluarga satu sama lain.

/cepatlah besar matahariku, menangis yang keras janganlah ragu/


Lagu Kang Iwan Fals jadi semakin syahdu di saat-saat seperti ini.
Dik Agil (panggilan sayangnya), kami semua sayang kamu. Tapi kamu jangan suka ngompol sembarangan ya.


Betapa saat terjaga maupun saat tidur si dia tetap memasang wajah manisnya. Bakat kemayunya sudah kentara

/tinjulah congkaknya dunia, buah hatiku, doa kami di nadimu/


InsyaAllah bersambung.
Bangun di pagi hari. Lalu semua kegiatan dalam sehari tetap seperti kemarin, seperti kemarinnya lagi, kemarinnya lagi, dan banyak hitungan 'kemarin' yang di hari ini sangat mungkin akan terulang lagi. Yah, wajar bila ini terjadi selama liburan panjang dua pekan lepas PPL-KKN di kota seberang sana. Liburan yang dijadwalkan sendiri. Tak ada instruksi atau semacam reses spesial yang diberikan oleh pihak kanmpus kepada mahasiswa semester 7, khususnya prodi pendidikan. Namun inilah kenyataan. Siapa pun dia yang telah menempuh kuliah jauh dari kampus dan dalam waktu tahanan yang relatif lama, pasti ingin sedikit ruang gerak, sekadar melepas kejenuhan barang dua minggu di penghujung tahun. Oke, ini sudah kujalani dan waktunya hampir habis. Nyaris, tinggal hari ini, besok, tahun baru, dan sudah. Setelah itu mungkin sekali aku harus sudah rajin ngampus lagi. Anyway, itu yang dilakukan oleh sebagian besar mahasiswa. Alibi: ambegan sedelok sadurunge skripsi. Ya, dan itu sangat wajar. Para dosen pun semoga sangat mengerti keadaan ini.

Cukup untuk ocehan ini. Beranjak ke ocehan lain.
Wah, ini pertama kali dalam tahun 2011 aku posting lagi di blog ini. Blog yang sudah hampir karatan di makan waktu karena hampir tak bertuan ini akhirnya bisa hidup kembali. Seperti lantunan Andra and The Backbond, Seperti Hidup Kembali, yang juga kupinjam jadi judul baru di blog ini, aku merasa mendapat suntikan semangat yang luar biasa gila untuk kembali eksis di jalan ini. Entah karena iming-iming beberapa teman yang mulai getol blogging, terinspirasi blogger muda sekaligus penulis paling goblok di Indonesia--ups--radityadika.com, atau mungkin hanya karena kini aku tengah punya banyak waktu luang untuk berlama-lama dilayar komputer jinjing? Yah, pertanyaan itu meskipun sudah terjawab dengan sendirinya di benak, tetap tak ada gunanya ditulis di sini (yah, sudah terlanjur). Yang jelas, bersyukur sekali bisa kembali lagi menghidupi kumandasarlaut.com kembali. :)

Selamat pagi dunia....



Kucek mata terus makan gorengan dulu biar seger.