Fiksi

Minggu, 31 Mei 2009

Di balik ini,
Tak ada yang menetes, tak ada rintih.
Tapi coba lihat halaman ini!
Muram.
Gelap.
Bulan surut, hanya nikmati cahayanya sendiri.
Tidakkah terasa?
Hawa huruf-huruf ini adalah titik-titik duka Sang Kerdil!
Tidakkah?

Memang yang tergores ini diam,
Hanya ungkap-ungkap beku,
Uraian tak ada nyawa.

Namun,
Ketakberdayaan itulah sesungguhnya.
Karena pedih dalam-dalam itu hanya terbaca dalam diam, dan
Resah itu beku.

Dan aku adalah pecundang bodoh!
Pecundang resah untuk berlari…

12 Maret ‘09

Tidak ada komentar:

Posting Komentar